Kira- kira
singkatnya begini,
kau harus bahagia,
meskipun tidak
harus denganku
Namun kau juga
harus mengerti,
aku benci kalimat ini.
(k,p)
Home » Archive for December 2016
DAFTAR BUKU SOE HOK GIE
1. Catatan Seorang Demonstran
Buku ini merupakan catatan harian Gie semasa
hidupnya, Gie mulai menulis semanjak usianya 15 tahun/ Kelas 3 SMP. Buku ini
merupakan potret kehidupan Gie seorang idealis yang tetap berpegang teguh dan
konsisten terhadap prinsipnya dari awal hingga akhir hayatnya. Sebuah catatan
harian seorang aktivis mahasiswa tahun 60an yang berani bersuara lantang di
tengah masa-masa paling gelap sekaligus mencekam dalam sejarah bangsa
Indonesia.
Buku ini sempat tampil sebentar
dalam salah satu adegan film Ada Apa dengan Cinta? dan kemudian diangkat ke
layar lebar dengan sutradara Riri Riza dan Mira Lesmana pada tahun 2005.
2. Zaman Peralihan
Buku ini berisi tulisan-tulisan Soe Hok Gie tentang
kondisi Indonesia di era peralihan kekuasaan Soekarno ke Soeharto.
Tulisan-tulisan tersebut merupakan tulisan Soe Hok Gie yang biasa dijumpai di
media massa terbitan tahun 60-an, seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan,
Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
Tulisan-tulisan Soe Hok Gie yang
tersirat dibuku ini merupakan serapan-serapan dari permasalahan yang ia temui
di hari-hari kehidupanya. Kritiknya yang tajam, menggigit dan sering kali sinis
itu membuat rasa kemanusiaan setiap pembacanya seperti di robek-robek. Bahkan
seringkali Gie menyebutkan nama orang-orang yang dianggapanya tidak bisa
menegakan keadilan, termasuk teman-teman seperjuangan dalam demonstrasi yang ia
pelopori.
3. Orang-Orang Di Persimpangan Kiri Jalan
Buku ini merupakan salah satu karya Gie tentang
pemeberontakan PKI di Madiun ini dianyam sedemikian rupa seakan-akan kita
membaca sebuah novel sejarah dramatis yang menegangkan. Tapi penulisnya cukup
hati-hati untuk tetap bersikap objektif dalam analisisnya hingga fakta sebagai
“Suatu yang Suci” dalam bangunan sejarah tetap ditempatkan dalam posisi yang
terhormat.
Buku ini hasil Skripsi Soe Hok Gie
sebagai syarat Lulus Sarjana di Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.
4. Di Bawah Lentera Merah
Buku ini menarasikan suatu periode krusial dalam
sejarah Indonesia yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan,
antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa
kliping-kliping Koran antara tahun 1917-1920-an dan wawancara autentik yang
berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya
mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan Indonesia, apa gagasan
substansinya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh Sarekat
Islam Semarang pada kurun waktu 1917-an.
Melalui Buku ini Gie mengajak kita
mencermati bagaimana para tokoh tradisionalisasi lokal tahun 1917-an mencoba
menyikapi perubahan pada abad ke-20 yang dalam satu dan lain hal, punya andil
menjadikan wajah bangsa Indonesia seperti sekarang ini.
5. Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani
Buku ini merupakan karya John Maxwell (Sejarahwan
Australia), ia melukiskan, sebagai intelektual, komitmen Soe Hok Gie untuk
menegakan keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan tidak perlu disangsikan lagi.
Jiwanya selalu memberontak tatkala menyaksikan berbagai praktek dehumanisasi,
pengingkaran, demokrasi, dan pelecehan terhadap akal sehat. Keberpihakanya pada
nilai-nilai prinsipil itu membuatnya tidak memperdulikan siapapun yang mesti
dihadapinya dan risiko apapun yang bakal menimpanya. Yang ia kehendaki hanyalah
“yang lurus-lurus saja”.
Buku ini layak dibaca oleh para
intelektual, peminat sejarah, pejuang demokrasi, dan terutama para aktivis
mahasiswa yang ingin belajar bagaimana berjuang dengan tetap mempertahankan
kesetiaan pada idealisme.
6. Sekali Lagi: Buku, Pesta dan Cinta
Buku ini merupakan kumpulan
tulisan-tulisan teman, sahabat, hingga tokoh-tokoh terkenal di negeri ini
mengenai Soe Hok Gie. Itulah sebabnya buku ini diberi judul “Soe Hok Gie-
Sekali Lagi”, seolah ingin menegaskan bahwa inilah buku kesekian mengenai Soe
Hok Gie.
Dibanding dengan buku-buku lainya
tentang Gie, buku ini tak kalah menariknya malah memiliki keunikan tersendiri,
Karena di buku ini kita bisa melihat sesosok Gie dari pandangan sahabat
terdekatnya dan dari orang-orang yang mengaku terpengaruh oleh spirit dan semangat
perjuangan Gie baik semasa hidupnya maupun setelah membaca tulisan-tulisanya.
Di buku ini juga menceritakan
perjalanan ke Gunung Semeru yang secara rinci menceritakan perjalananya bersama
Gie mulai dari Stasiun Gambir , Jakarta hingga proses evakuasi jenazah Gie dan
Idhan dari puncak Mahameru ke Gubuk Klakah, sebuah desa di kaki Gunung Semeru.
Karena selama ini belum pernah diceritakan secara detail bagaimana saat-saat terakhir hidup Gie, bagaimana
kondisi jenazah Soe Hok Gie dan Idhan setelah
berhari-hari terlantar di puncak Mahameru, dan bagaimana kondisi fisik
teman-teman seperjalananya dalam mencari bantuan dan mengevakuasi jenazah Gie
dan Idhan.
Referensi
: Wikipedia, Goodreads, Zenius Blog
Posted by Unknown
at 7:22:00 PM,
Add Comment
Read more
APAKAH ALGORITMA ITU?
Ditinjau dari asal usul kata, kata algoritma sendiri mempunyai sejarah yang aneh. Kata ini tidak muncul di dalam kamus Webster sampai akhir tahun 1957. Orang hanya menemukan kata algorism yang berarti proses menghitung dengan angka arab. Anda dikatakan algorist jika anda menggunakan angka arab. Para ahli bahasa berusaha menemukan asal kata algorism ini namun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya para ahli sejarah matematika menemukan asal mula kata tersebut. Kata algorism berasal dari nama penulis buku Arab yang terkenal, yaitu Abu Ja'ffar Muhammad bin Ibnu Musa al-Khuwarizmi (al-khuwarizmi dibaca orang barat menjadi algorism). Alkhuwarizmi menulis buku yang berjudul kitab al jabar wal-muqabala, yang artinya "Buku pemugaran dan pengurangan" (The book of restoration and reduction). Dari judul buku itu kita juga memperoleh akar kata "Aljabar" (algebra). Perubahan dari kata algorism menjadi algorithm muncul karena kata algorism sering dikelirukan dengan arithmetic, sehingga akhiran -sm berubah menjadi thm. Karena Perhitungan dengan angka Arab sudah menjadi hal yang biasa/lumrah, maka lambat laun kata algorithm berangsur-angsur dipakai sebagai metode perhitungan (komputasi) secara umum, sehingga kehilangan makna aslinya. Dalam bahasa Indonesia, kata algortihm diserap menjadi algoritma.
Sumber : Buku Algoritma dan Pemrograman
Penulis : Rinaldi Munir
Posted by Unknown
at 6:26:00 PM,
Add Comment
Read more
Subscribe to:
Posts (Atom)